Perjalanan sejarah manusia diwarnai munculnya raja-raja besar atau kaisar yang mengubah wajah dunia. Mereka datang, berperang, dan melakukan penaklukan sehingga terbentuklah sebuah empayar. Akan tetapi, kejayaan yang dibangunnya lambat laun runtuh, sepak terajangnya pun berakhir dengan kematian.
Ketika hidup, Genghiz Khan mampu mengalahkan Parsi, kekhalifahan Islam, dan juga Eropah. Pada usia 53 tahun dia terjatuh dari kudanya dan akhirnya meninggal dunia. Sebelum meninggal dunia, dia berkata, "Aku tidak bahagia karena aku tidak berupaya mengalahkan seluruh dunia." Kemuliaannya lenyap begitu saja.
Alexander The Great, diakui sebagai salah seorang pemimpin yaang paling pandai sepanjang zaman. Dia mampu menaklukkan tiga benua. Akan tetapi, kegemilangannya sirna begitu saja ketika malaria menyerangnya. Sebelum meninggal, dia berkata, "Kalau aku mati, buatkan peti mati dan beri lubang di kiri kanannya. Lalu, julurkan tanganku lewat lubangnya agar semua orang melihat tanganku bahwa waktu aku mati, aku tidak membawa apa-apa."
Allah memberikan kekuasaan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya. Dia berkuasa mencabut kembali kekuasaan yang telah diberikan-Nya itu.
"Katakanlah, 'Wahai, Tuhan Yang Mempunyai Kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.'" (Ali Imran, 3:26)
Dialah Maharaja, Zat pemilik semua kerajaan di dunia dan akhirat. Dialah Malikul Mulk.
Di dunia ini, Allah memberikan kesempatan kepada manusia sebagai khalifahnya untuk menjadi pemilik atau raja, yang tentunya kepemilikan tersebut tidak mutlak. Sewaktu-waktu kepemilikan itu akan diambil kembali. Sebagai pihak yang diamanahi, manusia jangan merasa memiliki secara mutlak. la harus rela ketika amanah itu diambil pemiliknya. Di akhirat, Allah menampakkan dirinya sebagai pemilik tunggal kerajaan akhirat. Pada saat itu, semua yang dimiliki manusia musnah. Mereka dibangkitkan dan dikumpulkan dalam keadaan tidak memiliki apa-apa. Ketika itu semua bertekuk lurut di hadapan-Nya walau ketika di dunia ia seorang raja.
"Pada hari ketika roh dan para malaikat berdiri bersaf-saf. Mereka tidak berkata-kata kecuali yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah dan la mengucapkan kata yang benar." (QS An Naba, 78: 38)
Oleh yang demikian :
Semua yang kita miliki adalah amanah. Maka sebaiknya tunaikan amanah sesuaai dengan keinginan Zat Pemberi Amanah.
Apabila memperolehi amanah, tidak selayaknya kita sombong dan merasa amanah itu hak milik mutlak.
Kita harus rela apabila amanah itu diambil pemiliknya.